Ini merupakan hal yang sangat simple dan sederhana. Tapi entah kenapa sangat sulit dilakukan oleh banyak orang. Bukan ke sulitnya, tapi banyak orang malas untuk melakukannya. Misalnya saja membaca berita. Orang paling senang membaca hanya headline nya saja. Jika menarik, maka dia akan membaca sampai selesai. Tapi jika tidak, maka lewat saja. Atau agak panjang sedikit. Paling baca satu paragraf pertama saja. Jika sudah tidak menarik maka lewat. Dan akhirnya dia hanya tahu permukaan beritanya saja. Sehingga saat ditanya berita apa yang kamu baca hari ini. Bisa saja dia menjawab, tapi informasi yang disampaikan bisa keliru.
Membudayakan Kebiasaan Untuk Membaca Sampai Selesai
Karena banyak orang yang merasa sudah tahu inti berita, dan hanya membaca paragraf pertama. Membuat banyak orang merasa dia paling paham. Sehingga yang mereka lakukan adalah sok tahu. Atau kalau di tongkrongan bilangnya sotoy. Dan ini banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan banyak dari mereka yang bermodalkan headline saja, sudah dengan berani dan percaya diri, menyebarkan berita tersebut. Seperti, “sudah tahu belum berita ini…” dan itu banyak sekali terjadi, bisa jadi kalian salah satunya.
Hal ini mungkin terlihat sepele. Tapi jika dibiarkan dan menjadi kebiasaan, maka yang akan terjadi adalah, miss komunikasi. Sehingga akan mudah terjadi gesekan antara masyarakat, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Karena orang-orang ini yang tidak membiasakan membaca berita sampai selesai, dan sudah menjadi provokasi dimana-mana. Dan mereka lah yang membakar telinga-telinga beberapa orang tertentu, sehingga terjadilah huru hara. Dan ini akan sangat disayangkan.
Jadi mulailah menjadi netizen yang pintar dan bijaksana. Jadi netizen yang kritis boleh sekali, tapi ingat, kritis itu pun harus pintar. Pahami apa yang anda kiritisi, ulik dulu, cari tahu dulu akar permasalahannya, apa inti masalahnya, apa yang ingin anda kritisi. Sehingga jelas maksud yang ingin anda sampaikan. Jangan karena penerimaan informasi yang setengah-setengah membuat anda pun menjadi kritikus yang setengah-setengah juga. Anda bukannya memperlihatkan anda pintar, tapi anda menjadi lawakan masyarakat.